Laporan Wartawan Tribun Medan, Arifin Al Alamudi
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Tahun demi tahun, selalu terdengar kabar bahwa populasi hewan-hewan langka milik Indonesia selalu berkurang. Seperti yang dialami oleh Orangutan Sumatera. Tak pernah terdengar kabar jumlah populasi meningkat.
Lihat saja faktanya, Pada tahun 1990-an, diperkirakan mamalia khas Sumatera ini hidup di hutan Sumatera Utara, tepatnya di Bukit Lawang kira-kira sebanyak 2000-an ekor. Sedangkan jumlah keseluruhannya di Indonesia mencapai angka 7000-an ekor.
Sedangkan saat ini, di Bukit Lawang, Langkat, jumlahnya tak sebanyak itu lagi. Turun drastis ke angka 400-an ekor di Sumatera Utara. Atau hanya 20 persen dari jumlah 20 tahun lalu.
Kondisi populasinya di seluruh hutan Indonesia pun jauh berbeda. Jumlah keseluruhan saat ini hanya sekitar 2000-an ekor saja. Atau turun 70 persen dari tahun 1990-an.
Para pecinta Orangutan tentunya geram dengan kondisi tersebut. Satu diantaranya adalah, Tomiran (40). Tak mau tinggal diam melihat kondisi tersebut. Ia pun ambil andil untuk menyelamatkan Orangutan Sumatera yang tergolong unik dan langka ini.
Baginya, mempelajari Orangutan layaknya seperti mempelajari manusia. Meski pun binatang, tapi Orangutan seperti memiliki perasaan dan sifat yang tak jauh seperti manusia. Masing-masing memiliki karakter. Sehingga cara memahami dan mendekatkan diri pun berbeda caranya.
Di Bukit Lawang, tempat Tomiran menghabiskan banyak waktunya, mengatakan ada berbagai karakter Orangutan yang sering Ia hadapi. Ada yang emosional, gampang marah. Ada yang mudah merajuk, apalagi kalau terlambat memberi makan. Ada pula yang penyendiri, tak suka berbaur dengan Orangutan yang lain.
Sejak belasan tahun lalu, Ia sudah jatuh cinta kepada keunikan Orangutan. Ia pun memutuskan untuk menjadi penjaga Orangutan dan aktif diberbagai kegiatan yang berkaitan dengan Orangutan. Tak heran jika saat ini Ia menduduki jabatan Manajer Stasiun Pengamatan Orangutan Sumatera (SPOS) di Bukit Lawang, Langkat, Sumatera Utara.
Tomiran mengungkapkan bahwa penyebab menurunnya secara drastis populasi Orangutan Sumatera adalah perambahan hutan oleh pihak-pihak yang tak bertanggungjawab. "Akibatnya Orangutan terpaksa keluar dari kawasan hutan dan mati karena tidak bisa bertahan hidup di luar hutan," ujar Tomiran.
Tak mau terus membiarkan kondisi tersebut, Tomiran pun melakukan pengawalan ketat di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser sektor Bukit Lawang, yang diberi nama Patroli pengamanan kawasan hutan lindung. Tujuannya agar perambahan hutan secara liar dapat dicegah.
"Petugas yang kita kerahkan sekitar 32 orang. Selama dua tahun terlihat sudah aman, tidak pernah ada perambahan hutan lagi," jelas pria 46 tahun ini.
Tuesday, May 31, 2011
Coretan Pembaca
0 Response to "Orangutan Sumatera Hanya Tinggal 400 Ekor"
Post a Comment