Dilema Energi Nuklir Ditengah Belum Efisiennya Energi Alternatif


(Vibiznews - Business) - Paska terjadinya gempa dan tsunami yang melanda Jepang hampir 2 pekan lalu, kekhawatiran dunia bukan hanya mengenai imbas terhadap perekonomian Jepang yang diprediksi akan mengalami penurunan. Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan ialah mengenai adanya kerusakan fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah Fukushima. Rusak, bahkan sempat terbakarnya fasilitas nuklir Jepang tersebut hingga kini memberikan kekhawatiran akan bocornya radiasi yang dapat membahayan makhluk hidup seperti yang sempat terjadi di kawasan Chernobyl, Rusia, beberapa waktu silam.

Menurut pemerintah AS, kerugian baik infrastruktur maupun dampak yang dihasilkan akibat meledaknya reaktor nuklir di Fukushima tersebut senilai 55 miliar dollar. Bagi AS sendiri, meledaknya reaktor nuklir tersebut mendatangkan sebuah "penjegalan" terhadap rencana pemerintah AS yang akan melakukan konstruksi reaktor nuklir di Atlanta, Georgia dengan nilai investasi sebesar 14 miliar dollar. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah AS tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan pasokan listrik sepesar 37% mulai tahun ini.

Kekhawatiran tersebut mendatangkan sebuah pertanyaan mengenai masih layakkah penggunaan tenaga nuklir sebagai energi pembangkit listrik mengingat besarnya resiko yang dihasilkannya jikalau terjadi kerusakan ataupun bencana alam. Bahkan sebelumnya banyak negara menggunakan nuklir sebagai energi pembangkit, banyak pihak justru was-was akan terjadinya kasus yang terjadi seperti di Jepang. Maka dari itu, dalam beberapa tahun terakhir sebagai alternatif, banyak pihak menggunakan pembangkit listrik tenaga baru seperti dari tenaga angin seperti yang telah dilakukan oleh Belanda dan Belgia dan energi solar (sinar matahari) yang dilakukan pada negara-negara tropis.

Bagi kedua negara tersebut, dengan menggunakan tenaga angin sebagai pembangkit tenaga listrik, resiko yang dihasilkan pun juga relatif kecil. Lokasi banyaknya tepi pantai yang mengalami terpaan angin kencang benar-benar dimanfaatkan oleh kedua negara tersebut. Sedangkan pada energi solar, meski belum secara masif dipraktekan, namun terus dilakukan pengembangan dan riset lebih lanjut.

Perbandingan Efisiensi : Solar vs Angin vs Nuklir

Kelebihan energi nuklir yang digunakan pada pembangkit listrik sudah barang tentu sudah kita ketahui. Meski dari segi riset dan pembangunan infrastruktur dinilai akan menghabiskan biaya yang sangat besar, pembangkit listrik tenaga nuklir hingga kini menjadi sebuah "proyek" idaman bagi banyak negara. Ditengah besarnya biaya yang dibutuhkan, output yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga listrik terbukti cukup masif, sehingga dapat memenuhi kebutuhan listrik dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan energi lainnya. Besarnya output yang dihasilkan sudah barang tentu menjadi kelebihan utama dari proyek ini.

Jika dihitung-hitung dari biaya yang dibutuhkan berdasarkan ouput per kilowattnya, pembangkit listrik tenaga nuklir setiap 1 kilowatt membutuhkan biaya sebesar 3902 - 5339 dollar. Nominal tersebut rupanya belumlah yang terbesar jika dibandingkan pada energi angin maupun solar. Untuk pembangkit listrik tenaga solar/surya, untuk tiap kilowatt membutuhkan biaya sebesar 4755 - 6303 dollar. Sedangkan pada pembangkit listri tenaga angin, tiap kilowatt membutuhkan biaya sebesar 2438 - 5975 dollar. Perhitungan tersebut merupakan survey yang dilakukan oleh situs bisnism Fortune.

Berdasarkan perhitungan diatas, kita dapat melihat bahwa pembangkit listrik energi nuklir tidak selalu membutahkan biaya yang besar. Bahkan biaya yang dibutuhkan pada pembangkit listrik tenaga solar dan angin justru lebih tinggi. Lebih rendahnya ouput yang dihasilkan menjadi salah satu penyebab maish mahalnya dua pembangkit listrik tersebut selain juga masih minimnya minat dari banyak pihak untuk lebih memfokuskan diri dibandingkan pada energi nuklir.

Komisaris BBJ, Kristanto Nugroho menambahkan, tentunya membicarakan dilema energi pembangkit listrik perlu dilihat dari kebutuhan listrik, sumber-sumber alternatif energi, biaya dan juga resiko atas setiap alternatif sumber energi. Untuk negara yang sangat minim sumber energi tentunya pilihan energi pembangkit listrik nuklir menjadi alternatif yang tidak bisa diabaikan.Bagaimana dengan Indonesia ? Ada dua model kebutuhan listrik di negeri ini, yang pertama adalah di pulau-pulau besar dengan penduduk padat, diperlukan sumber energi pembangkit listrik yang bersifat masif, dimana untuk jenis ini masih bisa dipasok energi dari batubara (PLTU), tenaga air (PLTA), sedangkan model kedua adalah pulau-pulau kecil yang tidak memerlukan pembangkit listrik masif, karena untuk memenuhi kebutuhan beberapa desa saja, bisa dilakukan dengan berbagai alternatif sumber energi seperti tenaga air, solar / matahari, bahan bakar minyak (diesel).
(Joko Praytno/JP/vbn)
vibiznews.com

0 Response to "Dilema Energi Nuklir Ditengah Belum Efisiennya Energi Alternatif"

Post a Comment