Ekonomi Jepang Akan bangkit Pasca-Bencana

Selasa, 22 Maret 2011 18:50 WIB
(Vibiznews – Business) – Bencana alam yang terjadi di Jepang menambah parah kondisi negara yang baru saja mulai bangkit dari resesi setelah dihantam badai krisis ekonomi tahun 2008 lalu (22/03). Meskipun demikian Jepang diperkirakan akan mengalami rebound pada paruh kedua tahun ini setelah terjadi proses rekonstruksi pascabencana gempa, tsunami, dan krisis nuklir.

Menteri Keuangan Yoshihiko Moda menyatakan kepada reporter hari ini bahwa pemerintah masih belum dapat menentukan besaran dana yang harus digelontorkan untuk proses rekonstruksi. Pemerintah masih harus menghitung besaran yang harus dikeluarkan tersebut. Menteri Kebijakan Ekonomi dan Fiskal Kaoru Yosano menyatakan bahwa penjualan obligasi pemerintah dapat menjadi sumber dana yang digunakan untuk proses rekonstruksi tersebut.

Bencana alam di Jepang mengakibatkan korban jiwa setidaknya 8649 orang, menghancurkan fasilitas umum dan bangunan, dan memaksa perusahaan-perusahaan seperti Honda Motor sampai Hitachi menunda proses produksi. Tokyo yang turut terkena bencana saat ini makin diperparah dengan eksodus besar-besaran ke Osaka dan kawasan lain yang dianggap lebih aman.

Birokrat Tangguh Jepang Memgang Peranan Penting

Meskipun begitu tampaknya Jepang sebagai Negara yang “berpengalaman” menghadapi bencana akan mampu bangkit dengan perlahan tapi pasti. Factor penting berupa keharmonisan dan kohesi social yang tinggi di Negara ini akan menjadikan proses pemulihan menjadi suatu kerja keras, hal yang sudah biasa bagi bangsa yang terkenal tangguh ini.

Reaksi bangsa Jepang terhadap bencana yang terjadi pada tanggal 11 Maret lalu menggambarkan kualitas social di Negara tersebut, yang patut diacungi jempol. Kepanikan tidak terjadi, tatanan dan aturan tetap dijunjung tinggi meskipun terjadi bencana dahsyat, dan pasokan pangan dan bantuan terdistribusi dengan optimal dan efisien. Meskipun berkembang isyu liar mengenai kemungkinan bencana nuklir, kepanikan bias diredam.

Meskipun PM Naoto kan bukanlah sosok pemimpin yang paling karismatik di muka bumi, akan tetapi system birokrasi Jepang yang tertata rapi, terorganisir dan terbiasa efisien mampu mencegah terjadinya kepanikan, bahkan di tengah bahaya yang dihadapi reaktor nuklir hingga saat ini.

Tentunya kondisi yang dialami oleh Jepang ini tidak lepas begitu saja dengan kondisi awal ekonomi dan infrastruktur yang sudah terjamin. Kepanikan yang teredam meskipun reaktor nuklir Fukushima masih tampak mengancam adalah karena kepercayaan terhadap program nuklir yang telah dijalankan selama bertahun-tahun. Dapat dipastikan bahwa apabila krisis nuklir di Jepang dapat diatasi, Kan akan menjadi pahlawan secara politis di mata para pemilihnya.

Dampak Fiskal Bencana Tidak Terlalu Besar

Berkebalikan dengan anggapan bahwa bencana gempa bumi dan tsunami akan makin merontokkan ekonomi Jepang secara signifikan, estimasi menunjukkan bahwa biaya ekonomi akibat bencana alam ini tidaklah terlalu besar. Meskipun belum ada penghitungan yang lebih detail mengenai hal tersebut, akan tetapi dampak ekonomi diperkirakan tidak lebih dari 3% GDP Jepang, aatau sekitar 184 miliar dolar AS.

Dengan perkiraan ini maka dapat diharapkan bahwa kondisi fiscal Jepang pasca bencana juga tidak akan terlalu tertekan secara signifikan. Apabila dalam usaha peningkatan dana untuk rekonstruksi Kan berhasil menetapkan kebijakan reformasi fiscal yang bersifat permanen, seperti menaikkan tariff pajak penjualan dan menurunkan pengeluaran untuk membiayai proyek infrastruktur yang kurang bermanfaat, kondisi fiscal Jepang justru akan terbantu. Setidaknya kebijakan tersebut akan membantu proses rekonstruksi untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan menaikkan pendapatan pemerintah dari pajak.

Pengalaman dari Bencana Kobe

Optimisme bahwa ekonomi Jepang dapat bangkit pascabencana bukan hanya impian kosong. Kondisi ini juga dialami oleh Jepang setelah gempa bumi Kobe pada tahun 1995 lalu. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta dalam usaha pembangunan kembali Kobe setelah luluh lantak oleh gempa membantu ekonomi Jepang mengalami pertumbhan pesar selama dua atau tiga tahun setelahnya. Staff dari Bank Dunia menyatakan bahwa untuk saat ini Jepang akan membutuhkan waktu lima tahun ini melakukan pembangunan kembali.

Tanggapan Para Pengamat

Lie Ricky Ferlianto, Executive Director Indonesia Investment Academy (IIA), memandang kondisi Jepang masih mungkin terselamatkan karena investor masih percaya dengan potensi negara yang masih menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia. Sebagaimana diketahui bahwa Yen Jepang menguat luarbiasa seminggu yang lalu karena ekspetasi bahwa investor2 Jepang baik yang retail maupun yang korporasi akan mulai membawa uangnya ke negaranya sebagai usaha rekonstruksi yang menyebabkan grup 7 negara kaya di dunia harus mengatur mata uangnya dan merupakan intervensi pasar dalam keuangan yang terkoordinasi yang pertama terjadi sejak tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun saat ini ekonomi Jepang pasti mengalami kemunduran tetapi dapat dipastikan bahwa setelah rekonstruksi pembangunan kembali, keadaan ekonomi bahkan akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Alfred Pakasi, CEO Vibiz Consulting, menilai bahwa momentum rekonstruksi ekonomi di Jepang bisa jadi akan merupakan "breakthrough" terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang yang melandai selama ini, sampai-sampai posisinya sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia direbut China di tahun 2010 lalu. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa bukan hanya masalah dampak gempa bumi yang berpengaruh kepada Jepang, tetapi juga isyu radiasi nuklir yang punya dampak lebih jangka panjang. Chernobyl sampai sekarang merupakan kawasan yang tidak bisa didekati atau disentuh sama sekali karena kebocoran radiasinya yang terjadi sejak April 1986 atau persis 25 tahun lalu. Bagaimana dengan masalah radiasi nuklir di Fukushima Jepang; kapan selesai dan seberapa besar pengaruhnya? Hal ini belum jelas. Kita harapkan saja ini dapat segera diatasi dan tidak berkepanjangan, supaya jangan perekonomian Jepang menjadi penghambat bagi pemulihan ekonomi dunia dewasa ini.

Sementara menurut Kristanto Nugroho selaku komisaris BBJ, data tentang kerusakan dan berapa biaya untuk rekonstruksinya secara resmi belum dikeluarkan oleh pemerintah, namun apabila perkiraan sebesar 3% dari GDP dan Pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan kebijaksanaan untuk menerbitkan Goverment Bonds, berarti pemerintah Jepang telah memperhitungkan bahwa masyarakatnya yang tidak terkena kerusakan parah secara langsung akibat tsunami dan bahaya nuklir, masyarakat Jepang ini masih mempunyai kekuatan ekonomi sehingga bisa menyerap Government Bonds untuk perbaikan kerusakan yang terjadi.
(Ika Akbarwati/I/vbn)

0 Response to "Ekonomi Jepang Akan bangkit Pasca-Bencana"

Post a Comment