Jumat, 18 Maret 2011 21:00 WIB
(Vibiznews – Business) – Hari ini negara-negara kelompok G7 mengadakan pertemuan yang salah satu agendanya adalah pembahasan mengenai dampak bencana alam di Jepang, terutama terkait dengan pergerakan mata uang yen (18/03). Dalam pertemuan kali ini terungkap bahwa G7 akan melakukan intervensi gabungan ke pasar valas untuk pertama kalinya dalam satu dekade belakangan setelah yen mengalami peningkatan tajam.
Seiring dengan bencana alam yang diikuti krisis nuklir di Jepang mata uang yen mengalami peningkatan tajam. Pada hari Kamis (17/03) kemarin tercatat yen mengalami peningkatan ke posisi tertinggi sepanjang sejarah terhadap dolar AS.
Kenaikan nilai tukar yen ini terjadi karena yen merupakan mata uang yang difungsikan sebagai carry trade. Para pelaku pasar meminjam yen dari bank di Jepang yang memiliki tingkat bunga rendah, dan menanamkan uangnya pada portofolio di luar negeri yang memberikan imbal hasil lebih tinggi. Dengan terjadinya bencana tersebut para investor dari Jepang menarik kembali portofolio mereka di luar negeri dan memilih untuk memegang yen. Dengan demikian nilai tukar mata uang ini melonjak tajam.
Kenaikan nilai tukar yen ini tidak hanya terjadi terhadap dolar AS, akan tetapi juga kepada rival-rival lainnya seperti euro, sterling, dan juga aussie. Kenaikan nilai tukar yen ini dianggap berbahaya dan dapat menghambat proses pemulihan ekonomi di Jepang. Dengan nilai tukar yen menguat maka harga produk ekspor Jepang mengalami kenaikan bagi pembeli luar negeri. Dengan kondisi ini permintaan terhadap produk dari Jepang akan melemah. Hal ini akan berimbas negative bagi ekonomi Jepang yang memiliki ketergantungan besar terhadap ekspor.
Intervensi Gabungan Pertama Sejak Tahun 2000
Keputusan G7 untuk melakukan intervensi bersama ke pasar mata uang guna menahan laju kenaikan yen merupakan keputusan yang boleh dibilang langka. Aksi gabungan ini merupakan yang pertama kalinya dalam 10 tahun belakangan. Terakhir kali G7 melakukan aksi untuk mengintervensi ke pasar uang adalah pada bulan September 2000, di mana mereka melakukan pembelian euro yang saat itu mengalami penurunan tajam di tahun kedua kehadirannya.
Dalam pernyataannya G7 menyatakan bahwa langkah intervensi gabungan ini merupakan respon terhadap pergerakan mata uang yen yang sangat luar biasa menyusul tragedy yang terjadi di Negara tersebut, juga respon terhadap permintaan otoritas Jepang. G7 setuju untuk sesegera mungkin melakukan intervensi, di mulai langsung pada hari ini. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa G7 akan memantau ketat pergerakan di pasar valas dan akan melakukan kerja sama yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas.
Dalam pidatonya Menteri Keuangan Jepang Yoshihiko Noda menjelaskan bahwa hari ini Jepang sudah melakukan intervensi ke pasar valas. Langkah Jepang akan diikuti oleh Negara-negara anggota G7 setelah pasar dibuka. Mereka akan beramai-ramai membanjiri pasar uang dengan yen untuk melemahkan nilai tukarnya.
Dalam pernyataan terpisah bank sentral Jepang juga menyatakan akan melakukan “pelonggaran moneter besar-besaran” untuk menghindari ekonomi Jepang kembali terperosok ke dalam resesi. Sebelumnya BoJ sudah menyuntikkan dana triliunan yen ke dalam system keuangan Jepang untuk menstabilkan pasar uang.
Kritik Terhadap AS
Pemerintahan Obama banyak menerima kritikan sehubungan dengan kesediaan untuk ikut ambil bagian dalam rencana pelemahan yen tersebut. Dengan melemahnya yen akan membuat sector ekspor Jepang menjadi lebih berdaya saing. Kondisi ini dianggap akan membahayakan kondisi eksportir dalam negeri mereka. Akan tetapi Geithner percaya bahwa produsen di dalam negeri juga banyak yang akan menderita kerugian apabila ekspor dari Jepang menjadi lebih mahal. Dengan demikian keputusan untuk membantu Jepang ini merupakan pilihan yang optimal.
Menurut Kristanto Nugroho, komisaris BBJ, memang perlu kerjasama G7 untuk melakukan intervensi global di pasar uang dalam rangka menolong Jepang karena apresiasi Yen.
Faktor kebutuhan recovery infrsatucture dan pemulihan kehidupan masyarakat, lalu ditambah factor spekulatif dan kepentingan capital flow semua mengarah kepada permintaan Yen, sehingga tidak memungkinkan BOJ berjuang sendirian untuk intervensi pasar uang dengan mengguyur Yen di pasar uang global. Kalau bukan karena unsur solidaritas membantu Jepang menahan kehancuran ekonomi, maka kepentingan AS akan diuntungkan dengan apresiasi Yen, tapi perlu kebijakan yang dilandasi solidaritas untuk tindakan G7 ini diambil.
(Ika Akbarwati/IA/vbn)
Thursday, March 24, 2011
Bisnis News
0 Response to "G7 Bersatu Bantu Jepang “Jinakkan Yen”"
Post a Comment